Senin, 16 Agustus 2010

Distribusi Pendapatan Rumah Tangga


Dinamika tentang bagaimana berbagai sumberdaya dihasilkan di dalam rumah tangga, atau sumberdaya pendapatan yang diperoleh rumah tangga dikuasai dan diakses oleh anggota-anggotanya.
Analisis gender berhasil menemukan beberapa bukti yang tidak adil bagi anggota perempuan dalam rumah tangga dalam hal pengalokasian sumberdaya seperti pendapatan, makanan, gizi, pelayanan kesehatan dan pendidikan. Pola ini memang tidak universal, dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti usia dan urutan kelahiran. Misalnya, hanya ada sedikit bukti yang menunjukkan bahwa terjadi bias dalam hal pemberian gizi terhadap anak perempuan di Sub Sahara Afrika, sementara di Asia Selatan pola ini sangat luas terjadi di sana. Juga telah diketahui bahwa sumberdaya yang dikuasai oleh perempuan, seperti perempuan kepala keluarga, didistribusikan dengan cara yang berbeda dengan sumberdaya yang dikuasai oleh laki-laki. Ada sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa perempuan menghabiskan lebih banyak persen dari pendapatan mereka yang lebih kecil umumnya untuk konsumsi keluarga dan untuk kesejahteraan anak-anak.

Ekonomi makro konvensional memperlakukan aktivitas yang dilakukan dalam rumah tangga sebagai aktivitas non ekonomi dan karena itu dianggap tidak relevan untuk diperhitungkan. Para ekonomis konvensional secara khusus memandag ruma tangga sebagai sebuah unit konsumsi dan memperlakukannya sebagai sebuah ‘kotak hitam’ dengan asumsi sebagai yang netral gender.
Ekonomi Rumahtangga Baru atau (New Household Economics) yang digagasi oleh Gary Becker pada 1960an menantang ekonomi makro konvensional dan menyoroti pentingnya produksi dalam rumah tangga. Dalam model ini, semua sumberdaya dikumpulkan dan didistribusikan dalam suatu kondisi yang altruistik oleh seorang kepala rumah tangga laki-laki yang baik hati untuk memaksimalkan kesejahteraan anggota ruma tangga. Namun, para nalis gender, khususnnya para feminis antropologi dan ekonomi , menunjukkan bahwa karakteristik rumah tangga ini sangat naif dan mengabaikan ketidakseimbangan kekuasaan dalam rumah tangga dan konflik yang terjadi dalam rumah tangga.
Model Feminis menyoroti kenyataan bahwa sumberdaya tidak selalu dikumpulkan bersama dan menekankan peranan posisi tawar dalam rumah tangga dalam memutuskan akses atas sumberdaya. Relasi gender dalam rumah tangga dikarakterisasikan sebagai sebuah area dimana konflik dan kerjasama, dimana perempuan cenderung memiliki posisi tawar yang kecil dalam perjuangan atas sumberdaya rumah tangga. Pembagian kerja dan dinamika dalam rumah tangga juga dilihat mempengaruhi kesempatan dan hasil bagi perempuan di luar rumah, misalnya pekerjaan. Teori-teori lain mengatakan bahwa posisi tawar perempuan dalam rumah tangga meningkat ketika mereka bekerja di luar rumah. Mekanisme lain bagi perempuan untuk meningkatkan posisi tawar di rumah termasuk melakukan penguatan hak atas kepemilikan dan keanggotaan dari organisasi kolektif.
Rumah tangga seringkali dipakai sebagai unit dasar dari analisis, misalnya, indikator kemiskinan. Tetapi karena ketidaksetaraan dalam distribusi dalam rumah tangga, ukuran pendapatan berbasis rumah tangga miskin tidak berkaitan dengan penilaian kesejahteraan yang berbasis perbedaan gender. Sebagai akibatnya, strategi pengentasan kemiskinan yang memberikan sasaran kepada laki-laki kepala keluarga, secara keliru mengasumsikan bahwa manfaat akan “menurun” kepada sisa anggota keluarga. Ketika perempuan menjadi sasaran dalam kesempatan peningkatan pendapatan, juga tidak dapat diasumsikan bahwa perempuan akan bisa mengontrol sumberdaya yang ereka bahwa ke rumah. Ini merekomendasikan pentingnya pentingnya pengumpulan data dan prosedur analisis yang mengumpulkan data pada level individual, dengan mempertimbangkan dinamika intra rumah tangga dan mengakui heterogenitas dari pengaturan-pengaturan rumah tangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar