Senin, 16 Agustus 2010

Gender dan politik

Kontribusi feminis dalam bidang politik dan teori politik berfokus secara specifik pada cara dimana arena politik publik yang tidak memberikan perhatian pada persoalan, keprihatinan dan partisipasi politik perempuan. Dimulai dari Mary Wollstonecraft dari Inggris yang memberikan perhatian atas hak-hak perempuan dalam wilayah publik, dilanjutkan oleh Condorcet dan istrinya Sophie de Grouchy di Perancis, sampai pada slogan dari Feminisme Gelombang Kedua yakni – yang personal itu politis (the personal is political*)- dimana feminis menuntut akses yang lebih besar dalam institusi politik, dan untuk membangun
kembali dunia politik. Ketika perhatian dari Feminis Liberal adalah untuk meningkatkan akses perempuan ke institusi publik untukm meningkatkan fasilitas pendidikan, kesempatan yang sama di legislasi, dan anti diksriminasi dalam politik dan selanjutnya menantang politik yang patriarkhi dari dalam; feminis yang lain, khususnya kelompok Marksis dan Radikal menantang hubungan yang sangat erat antara politik dan publik. Mereka percaya bahwa alsan mengapa perempuan secara sistematis terpinggirkan dalam arena politik adalah karena pembedaan yang salah antara dunia publik dan privat yang telah dibuat dan dipelihara oleh patriarki. Feminis juga menantang bentuk politik delegasi yang diinstitusikan dalam konteks ini, dengan menekankan pentingnya partisipasi itu sendiri. Feminis Kulit Hitam memberikan kontribusi untuk perdebtan tentang politik dengan memasukkan pentingnya isu ras pada masyarakat Barat, yang tidak memberikan mereka kesempatan untuk berpartisipasi dalam politik baik sebagai perempuan maupun sebagai orang berkulit hitam. Perempuan Dunia Ketiga menaruh perhatian pada perjuangan menentang imprerialisme dan kolonialisme sebagai bagian proyek politik feminis, tetapi juga mengangkat isu menyangkut kelas, etnisitas, dan lingkungan. Kelompok Feminis secara historis berjuang dengan pertanyaan membangun aliansi dengan kelompok-kelompok lain. Ketika sejumlah kaum feminis menginginkan kelompok perempuan menjadi eksklusif untuk perempuan, yang lainnya membangun aliansi dengan laki-laki terutama pada isu-isu tertentu yang mempengaruhi ke dua jenis kelamin tersebut. (Shirin Rai dalam McLean, I., The Concise Oxford Dictionary of Politics, 1996)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar